Jumat, 13 Mei 2011

Semarangkan Becakmu




Alat transportasi, rodanya tiga, tapi bukan kendaraan bajaj, bukan juga bemo, apalagi obat nyamuk. Roda tiga yang dimaksud disini adalah sebuah alat transportasi yang terkenal paling ramah lingkungan, yaitu becak. Bukan cuma becaknya yang ramah, terkadang tukang becaknya sendiri juga orangnya ramah.

Dimasa kecil, kita dapat menemukan becak, dimanapun, kapanpun, dan sejauh apapun mata memandang, kita masih bisa melihat penampakan becak. Becak ini seolah-olah menjadi sebuah alat transportasi yang wajib hukumnya untuk dinaiki. Menikmati angin sepoi-sepoi di jalanan yang panjang, tanpa harus mengayuh sekuat tenaga.

Ketika produk otomotif Jepang mulai memasuki Indonesia, saat itu juga becak mulai menghilang satu persatu. Mulai dari tebeng yang hilang, pelanggan yang hilang, hingga tukang becaknya yang hilang. Prinsip “kayuh-mengayuh” mulai berubah menjadi “ngegas-mengegas”. Tanpa menggunakan tenaga penuh untuk memutarkan kaki, sebuah alat transportasi sudah dapat berjalan maju melewati tebasan angin.

Jalanan yang dulunya dipenuhi dengan becak, sekarang malah dipenuhi dengan asap kendaraan yang besarnya nyaris menyerupai becak. Para pejalan kaki harus mengalah ketika berbagi dengan alat transportasi bermesin itu. Menutup muka, hidung, dan mata agar tidak terkena asap jalanan. Polusi udara dimana-mana, kendaraan ber-knalpot dimana-mana, tapi becaknya ada dimana??

Situasi yang tidak menyenangkan ini, memunculkan orang-orang yang kangen dengan udara yang bening. Orang-orang yang tahu bahwa atmosfer mulai bolong-bolong hingga bermotif polkadot . Orang-orang yang tahu bahwa paru-paru bumi sudah mulai rusak. Orang-orang yang tahu, bahwa sepeda adalah solusinya.

Dengan sepeda, mereka dapat kembali menikmati angin sepoi-sepoi. Prinsip “kayuh-mengayuh” mulai kembali populer, melawan ganasnya prinsip “ngegas-mengegas”. Munculnya komunitas sepeda, diikuti pula dengan program “car free day”, sebuah program tanpa kendaraan berknalpot dijalanan. Walau hanya berlaku di beberapa jalanan, dan lebih tepat disebut sebagai “car free hours” karena hanya berjalan selama beberapa jam, bukan sehari.

Sepeda pun pada prinsipnya hampir sama dengan becak, yaitu sama-sama “kayuh-mengayuh”. Bila sepeda bisa menjadi populer sekarang ini, maka kelak becak pun bisa menjadi sebuah solusi juga. Becak pun juga dapat bersaing dijaman yang serba mesin.

Salah satu bukti bahwa becak memiliki potensi untuk bersaing dikerasnya jaman yaitu, masih dapat ditemukannya becak lengkap dengan tukang becaknya, walaupun hanya segelintir kecil saja. Dan untuk lebih meyakinkan bahwa becak memang benar-benar mampu bersaing, maka diadakanlah sebuah acara, dimana becak ini dapat peran sebagai pemeran utama.

Pemeran utama dalam sebuah acara pameran utama. Dengan berbagai karya anak bangsa, yang mengusung tema becak, menjadi sebuah respon, jawaban, tanggapan, ungkapan, yang tak terbataskan.

Pameran “Semarangkan Becakmu”, adalah sebuah pameran yang diperankan oleh becak yang memang ber domisili di kota Semarang. Berbagai karya yang ditampilkan, terinspirasi dari sebuah kendaraan beroda tiga dan digabungkan dengan kreatifitas yang ada. Hasil kolaborasi dari ilmu yang ada, dengan alat transportasi tradisional.

Pameran "semarangkan becakmu"

-pembukaan-
Rabu, 18 MEI 2011,, pukul 10.00

-pameran
Rabu, 18 MEI 2011,, pukul 10.00-16.00
Kamis-Jumat, 19-20 MEI 2011,, pukul 09.00-16.00



Tidak ada komentar:

Posting Komentar